Minggu, 22 Mei 2022

Surat 1

 

Sinta, kekasihku, tak bisa aku bayangkan betapa kesetiaanmu membawamu jatuh dalam jurang kekecewaan yang begitu mengoyak hatimu. Senja kala itu air mataku menetes tak terbendung Ketika pengabdianmu tak lagi diakui oleh kekasihmu. Engkau, pujaan hatiku, teriris luka oleh kekasihmu. Aku menunggumu sepanjang hayatku, kekasih, walaupun tak bisa aku capai hatimu walaupun sudah ku ketuk pintu langit ketujuh. Terlambatkah engkau menyadari bahwa dalam hati kekasihmu itu hanya diisi oleh dirinya sendiri. Aku, pemujamu, tak ada sedikitpun ruang untuk yang lain dalam jiwaku selain dirimu. Engkau adalah nafas bagi jasadku, darah pada nadiku, ilmu bagi kesadaranku. Segala yang aku jalani dalam ruang dan waktu ini tak lain dan tak bukan hanya tertuju padamu. Leyehkanlah segala beban hidupmu padaku, Sinta. Kehidupanmu yang amat singkat takkan mampu menampung kesedihanmu yang teramat panjang, kekasih.

Sinta, kekasihku, kepergianmu tak meneteskan air mata. Kepergianmu ternyata adalah kebebasanmu. Kemerdekaanmu menentukan pilihan hidupmu. Kejatuhanmu ke dalam jurang yang engkau gali itu ternyata bukanlah kematian. Itu adalah kehidupan sejati yang engkau nanti. Sudah berabad-abad engkau nantikan takdir ini. Setiap hal dapat direncanakan kekasih, tapi cintamu tak bisa kau tentukan kepada siapa engkau jatuh. Bukalah matamu lebar—lebar, saksikanlah kematianmu dalam tawa Bahagia, karena kematian itu adalah Pelepas segala duka yang engkau pertanyakan sepanjang hidupmu. Hikayatmu, kasihku, akan menjadi cerita paling menyedihkan sekalian membahagiakan semua yang mengetahuinya. Aku tak peduli kisahku dalam versi kekasihmu, yang aku tau hanyalah bagaimana kisah hidupku dipenuhi oleh segala tentangmu.

Jatuhlah padaku, ku tuntun engkau dalam keabadian penantian yang engkau tunggu. Perhatikan langkahmu, kekasih, tak sanggup aku melihat air matamu itu. Lihatlah langit itu penuh senyum menyambut kita, kekasih. Tak akan pernah kau lihat malam begitu terang menyinari kabut pada belenggu pupil matamu. Inilah aku kekasih, pendoamu, hakikat hidupmu, kau acuhkan aku, namun akan ku sambut engkau dengan senyum. Aku hapus air matamu kekasih dengan senandung merdu yang akan menggoncang jiwamu. Setiap putaran waktu terhenti saat ku lihat engkau menari mengikuti alunan irama yang aku sajikan untukmu kasihku. Diantara sunyi dan sepi tak ku bayangkan ada peraduan yang menyatukan antara langit dan bumi. Semua tak ada, kekasih, pada saat bersamaan, semua ada. Ada dan ketiadaan adalah bagaimana engkau dan aku kekasih.

Senin, 02 Mei 2022

Cinta Ramadhan kok Rindu Lebaran

Malam—malam terakhir Ramadhan tahun ini begitu sangat menggugah suatu dialektika baru. Tanazalul malaikati waruuhu fiha biidzni rabbihim min kulli amr. Diturunkan para malaikat dan ruh dengan izin Tuhan untuk mengatur urusan.

Malam ini dibuka dengan pambuko salam kepada Allah, Nabi Muhammad, serta para malaikat. Suguhan teh serta banyaknya tembakau menghiasi ruang diskusi. Dibakar dan dihisap tembakau dengan diiringi pertanyaan pembuka,  “kalau manusia bersuka cita menyambut bulan Puasa atau Ramadhan, mengapa Ketika hari raya tiba mereka tidak bersedih melainkan bergembira?”.

Dihembuskan asap tembakau dengan nufus, tan nufus, dilanjutkan dengan nafas dan tan nafas. Kemudian sang guru balik bertanya, “apakah kamu haqqul yakin atau ainul yakin bahwa memang manusia bersuka cita saat puasa tiba?”

Aku menjawab dengan penuh keraguan, “saya pun tidak yakin mbah, apakah kita senang ibadah puasanya atau hanya nuansa yang menghiasi bulan Ramadhan itu?, karena kalo memang kita senang berpuasa untuk apa menanti tibanya Ramadhan, pun kalau suasana atau nuansa Ramadhan yang kita sukai mengapa kita tidak bisa menganggap bulan—bulan lain seperti bulan Ramadhan, rasanya tidak adil jika kita tidak menciptakan suasana Ramadhan pada bulan—bulan lain”

Sang guru menjawab, ”itulah keistimewaan Ramadhan anakku, dia mampu menunjukkan sifat—sifat asli manusia, makanya kita menamai hari raya setelah Ramadhan dengan nama Idul Fitri. Idul artinya Kembali, fitri artinya semula atau fitrah manusia. Zakatnya dinamakan zakat fitrah.

Manusia dalam dirinya memiliki banyak alat untuk hidup, ada jasad dan ruh. Jasad bisa kita simbolkan dengan suatu kerajaan dan ruh sebagai pengatur kekuasaan atas kerajaan tersebut atau Raja, dengan semua indranya sebagai suatu pintu gerbang. Akal sebagai penasihat kerajaan, nafsu sebagai sumber ekonomi kerajaan atau pemungut upeti, dan amarah sebagai tantara kerajaan. (Red: Kimia Kebahagiaan karya Imam Abu Hamid Al Ghazali Bab Pengetahuan Diri)

Setiap hal dibawah Raja dapat berlomba untuk menggulingkan raja. Pemungut upeti dapat terus menerus memungut untuk dirinya sendiri dan jika dibantu dengan amarah dapat terjadi suatu kudeta atas kerajaan tersebut. kalau begitu akan kacau balau kerajaan itu? Betul bukan?” aku menjawab, “Betul Mbah”

“Nafsu manusia yang terus menerus dituruti dapat menjadi suatu ancaman tersendiri bagi hidup manusia, jadi sejatinya sangat sedikit manusia yang seneng Ketika disuruh berpuasa. Coba sekarang saya tanya, kamu disuguhi beraneka macam makanan dan minuman di depanmu, tapi kamu ga boleh mengonsumsinya sama sekali, misuh ora kowen?” aku Kembali menjawab,”yo misuh lah aku, eman nemen akeh panganan tapi ra olih dipangani”

“loh iku, manusia itu aslinya memang tidak senang berpuasa, tapi Gusti Allah paham, kalo kamu ga puasa bisa bisa nafsu nya manusia semakin membabi buta. Bisa—bisa manusia terjerumus dalam suatu kasta yang lebih rendah dari binatang. Maka itu dari banyak ayat kan dijelaskan, manusia diciptakan sebagai sebaik—baiknya ciptaan namun diturunkan ke asfala safilin, kecuali orang—orang yang telah beriman dan beramal shaleh. Dalam ayat lain disebutkan bahwa manusia benar—benar berada dalam kerugian kecuali orang—orang yang telah beriman dan beramal shaleh.

Pada ayat lain Allah sendiri menjelaskan bahwa bisa jadi kamu membenci sesuatu padahal itu adalah baik untukmu dan bisa jadi juga kamu menyukai sesuatu padahal itu amat buruk bagimu, Allah maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” Lanjut si Mbah.

“Berarti sejatinya seharusnya manusia memang bersuka cita dengan adanya Puasa Ramadhan karena memang itu ditujukan untuk kebaikan manusia itu sendiri?” aku Kembali bertanya.

“Harusnya seperti itu, tapi kamu sendiri kan nggak, orang kamu aja beli buat makan aja susah toh? Buat apa puasa orang sehari hari kamu sudah berpuasa karena keadaan. Hahahaha” tertawa si Mbah diiringi tawa sebagian dari kami memecah keheningan malam.

“iya mbah, kita mah emang puasa hari hari, selain menahan lapar kita juga menahan emosi sama bos—bos atau rekan kerja kita” aku tertawa disambut dengan yang murid lain. “kalo orang—orang yang bilang Marhaban ya Ramadhan dengan kata—kata suka cita menyambutnya gimana mbah?” yang lain bertanya.

“halah taek, wong pada senenge mangan koh, ari nggolek duit pada rayahan wedi ora keduman koh ngomong Marhaban Marhaban koyok kesenengan Ramadhan teka’. Tapi ya kita perlu juga berkhuznuzon siapa tau dia memang seneng kedatangan Ramadhan. Seneng dapet libur, seneng jam kerjanya dipotong, seneng dapet THR sama sembako” tawa kembali pecah.

“Kalo orang—orang itu seneng puasa, wis pasti warung warung iku ari awan ora patia payu latan langka sing buka oh, wonge pada puasa. Kan dalam hukum ekonomi kan gitu, kalo konsumen pada puasa otomatis permintaan turun, permintaan turun jualan laku nggak? Tapi kan jualan siang siang masih laku, berarti konsumen nggak turun, berarti orang—orang pada ora Pu….?” Mbah nanya lagi. “Puasa” kami menjawab.

“kowen sing ngomong ya, guduk aku” si Mbah Kembali guyon. “aku ya terus berkhuznuzon siapa tau ya kan, siapa tau permintaan dari yang tidak berpuasa ternyata meningkat karena kasian sama mereka, takut yang punya warung pada bangkrut akhirnya pada makan di warung siang—siang. Demi anak istrinya si tukang warung menyambung hidup” si mbah tersenyum. Sejenak sebagian kami menghisap tembakau bersama-sama. Si Mbah menyuruput teh nya.

“Jadi intinya hakikatnya puasa dikhususkan agar manusia itu Kembali kepada fitrahnya, menjadi ahsani taqwin, sebaik—baiknya ciptaan. Menjadi manusia yang mulia” lanjut si Mbah.

“Umat Nasrani, dalam kitab nya meyebutkan bahwa Ketika ditampar pipi kiri maka berikan pipi kanan. Kita umat Nabi Muhammad, Ketika ditindas kita berhak untuk membalas, tapi akan lebih mulia Ketika kita berpuasa, seperti Kanjeng Nabi yang kalo disakiti ga pernah menyakiti balik” Tutur si Mbah.

“lah kok berpuasa mbah? Ga makan ga minum gitu?” tanya yang lain.

“Loh kamu jadi mengidentikkan puasa hanya menahan makan dan minum tok? Hakikat puasa itu kan menahan diri, puasa paling umum memang menahan diri untuk tidak makan dan minum, namun kan ada hal—hal lain diluar makan dan minum yang dapat membatalkannya toh? Kalo kamu emosi kamu batal kan? Itu makna puasa sejati. Yaitu menahan diri dari hal—hal yang sebenernya kamu boleh melakukan namun demi kemuliaan, kamu memilih untuk menahannya” Kami menghisap Kembali kretek kami.

“Jadi memang ibadah puasa itu hitungannya khusus oleh Allah, kalo kamu Shalat, dunia letaknnya dibelakangmu, ga boleh kamu madep dunia saat sholat. Kalo kamu zakat, dunia ada disisi mu, kan ga mungkin kamu zakat tapi ga punya apa—apa kan? Masa kamu mau zakat tapi ga ada yang bisa dibuat zakat. Nah Ketika puasa, dunia itu ada di hadapanmu, kamu berhak atas dunia itu namun kamu ga boleh menikmatinya. Itulah kekhususan puasa” lanjut si Mbah.

“dalam suatu ayat kan dijelaskan bahwa kamu boleh membalas sesuai dengan apa balasan yang setimpal, namun kalo kamu bersabar maka itu lebih baik. Itu juga berarti kamu berpuasa” tutur si mbah.

“lalu kalo kita ditindas dan berpuasa terus kapan kita buka nya mbah?” tanyaku.

“kalem, Allah sendiri menyebutkan pada ayat lain, Maka (sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah yang melempar. dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

“Allah itu bersama orang—orang yang sabar. Paham toh koe, sing penting iku sabar, akeh akeh maca surah an—nas. Uwis” Teh kemudian ku sruput.

“Allah itu penuh dengan matematika, penuh perhitungan, penuh qadar. Ga mungkin Allah itu membuat sesuatu tanpa sebab akibat. Ada runtutan—runtutan serta konstelasi dalam ketetapan Allah. Kita sebagai orang beriman harus haqqul yakin akan hal itu. Kita pedomani betul ihdinas sirathal mustaqim. Kita mohon terus petunjuk dari Allah. Biar kita itu mendapatkan jalan seperti orang—orang yang diberikan kenikmatan bukan jalannya orang—orang yang dilaknatI oleh Allah.”

“Trus Kembali ke pertanyaan tadi mbah, hubungane suka cita puasa sama kegembiraan hari raya gimana?” aku Kembali bertanya.

“Loh tadi sudah tak jelaske toh. Awakmu sebenere ora seneng puasa. Tapi karena Gusti Allah yang nyuruh koen lakoni dengan sepenuh hati toh, koen lakoni sesuai ajarane kanjeng nabi toh. Berarti kan mergo ora seneng puasa tapi karena kamu cinta sama Allah dan rindu dengan Nabi maka kamu lakukan puasa itu dengan penuh kecintaan dengan berharap supaya kamu itu bertaqwa. Terus kalo gitu boleh ga kita bersuka cita saat hari raya. Ya hari raya itu berarti kita merayakan sesuatu kan? Trus apa yang kita rayakan? Gitu kan pertanyaanmu? Karena kamu seneng dengan puasamu, karena kamu tau apa arti puasamu, karena kamu paham kenapa Allah menyuruhmu berpuasa, maka kamu akan paham apa itu idul fitri, apa itu Kembali ke fitrah, maka dari itu kesenangan hari raya idul fitrimu harus merupakan satu kesatuan atas kebahagian berpuasamu. Jangan kamu malah seneng hari raya karena kamu besoknya ga harus berpuasa, karena kamu bisa ngopi pagi pagi dan makan ketupat, kalo kamu mengartikannya begitu ya Bulan Ramadhan kalo bisa ngomong sama kamu, udah pasti misuh karo koe, taek koen iku, jarene seneng ono aku kok yo aku tinggalke koen malah seneng jancuk, ngono mungkin kalo Ramadhan bisa ngomong”

“Jadi anak—anakku sekalian, kalo kalian tertindas memilih untuk berpuasa, akan tiba hari raya untuk kita semua, akan disuruh kita untuk berbuka puasa dengan penuh kenikmatan dan suka cita sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari puasa. Kecintaan kita untuk berpuasa merupakan kesadaran kita untuk menahan banyak hal yang tidak perlu kita umbar—umbar dan lakukan, karena Allah sendiri yang akan memberi kita berbuka sebagai mana surah al-insyirah, akan diberikan kita kemudahan walaupun itu adalah kesulitan, akan dilapangkan dada kita, akan ditinggikan derajat kita, akan dibuat kita menikmati hak kita untuk berbuka, caranya adalah wa ilaa rabbika far ghab, dan hanya kepada Tuhan lah kita semua berharap. Maka dari itu aku berucap selamat berhari raya, semoga kemenangan terus menyertai kita dengan semangat puasa karena lillahi Ta’ala”

Dijawab tuntas pertanyaanku malam ini dengan dialektika dengan si Mbah. Takbir bergema dengan suka cita karena kebesaran Allah yang Maha Rahmaan Rahiim kepada Hamba-Nya. Segala puji bagi Allah yang telah menyuruh berpuasa dan tercurahkan keselamatan kepada Nabi Muhammad karena uswatun hasanah dalam berpuasa. Semoga kemenangan ini Kembali membawa umat Manusia Kembali kepada fitrahnya sebagai khalifah di Bumi dan Iblis menjadi salah karena mempertanyakan penciptaan Manusia dengan menganggap manusia hanya sebagai perusak dan hanya senang mempertumpahkan darah.

Senin, 17 Agustus 2020

75 Apa Indonesia

Hari ini, anak asuhku yang bernama Indonesia memper"ingati" hari lahirnya. Aku tak tau apakah ia akan "ingat" bagaimana ia bisa lahir atau kenapa ia harus lahir.

mengetahui nya saja tidak bagaimana bisa ingat. Bagaimana bisa engkau ingat lokasi rumah temanmu kalau kau sendiri tidak pernah kesana bukan?

Ah usia nya saat ini masih 75 Tahun. Masih bayi yang baru lahir. Kemarin ia hampir bisa merangkak, tapi ia jatuh sakit sehingga hanya bisa berguling-guling dan menangis. Aku khawatir dia tumbuh dengan gizi buruk, saat lahir dia begitu kuat dan berisi, tapi semakin kesini dia semakin lemah dan kurus.

Aku takut dia tak diurus, mengingat orang tua aslinya telah tiada, atau mungkin masih ada namun ditiadakan.

Aku sering mendongengi tentang kehebatan orang tua nya yang mampu menyatukan Rt Barat dan Rt Timur bahkan 1/3 kelurahan dengan puasa, tidak makan buah pala.

Saat besar nanti, anak asuhku ini aku yakin bisa berdiri dan berlari mengalahkan anak lainnya. Tapi untuk apa ada menang kalah kalau dia tak bahagia. Aku harap anak asuhku ini tumbuh menjadi anak yang ceria, sabar, dan penyayang kepada para orang tua asuhnya. 

Mungkin masih butuh puluhan tahun lagi sampai ia bisa merangkak, dan puluhan tahun lagi untuk bisa bicara, dan ratusan tahun untuk menjadi dewasa. Sampai saat itu anakku, Indonesia, biarkan kami mengasuhmu. Walaupun kadang kami tak mengerti kenapa engkau menangis, tapi akan kami suapi engkau dengan kasih sayang kami. Akan ku asuh dan asih engkau anakku, Indonesia. 

Selamat hari lahir anak asuhku, Indonesia. 


TTD

Orang Tua Asuhmu

Rabu, 27 Mei 2020

Persaingan Melawan Virus di Indonesia



Coronavirus atau Covid-19, selanjutnya disingkat Covid, merupakan suatu virus baru yang memiliki daya sebar yang sangat cepat, hampir seluruh negara di dunia dibuat was-was oleh hadirnya covid tak terkecuali di Indonesia. Semua penduduk Indonesia dibuat panik hiruk pikuk kesibukannya oleh virus tersebut. Pemerintah pun dengan segala upaya dilakukan untuk mencegah dan mengantisipasi penyebaran covid yang terus meluas, meskipun pada awalnya pemerintah seperti tidak menganggap serius virus ini melalui pernyataan pejabat-pejabat pemerintahan di pelbagai media. Pada akhirnya pemerintah Indonesia mengambil kebijakan penerapan tatanan baru dalam aktivitas penduduk (new normal) setelah hampir 3 (tiga) bulan bertarung agar kurva covid di Indonesia dapat menurun sebagaimana di beberapa negara telah berlangsung. Namun, pada kenyataannya sampai saat ini jumlah pasien positif terus bertambah. Sudah pasti banyak faktor yang menyebabkan hal ini dapat terjadi. Pada kali ini kita akan membahas faktor rendahnya literasi dan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak memadai sehingga salah satu kebijakan pemerintah yakni Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dinilai masih banyak pelanggaran di dalamnya.

Indonesia berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 memiliki jumlah penduduk sebesar 237.641.326 juta jiwa. Indonesia memiliki 17.499 pulau dari Sabang hingga Merauke. Luas total wilayah Indonesia adalah 7,81 juta km2 yang terdiri dari 2,01 juta km2 daratan, 3,25 juta km2 lautan, dan 2,55 juta km2 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Ada lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia atau tepatnya 1.340 suku bangsa menurut sensus BPS tahun 2010. Menurut data BPS, pada tahun 2018 masih ada sekitar 3,29 Juta orang atau sekitar 1,93% populasi penduduk di Indonesia yang buta huruf.  Dari jumlah penduduk saja, Indonesia merupakan peringkat ke-4 di dunia. Proyeksi BPS tahun 2020 Jumlah penduduk di Indonesia berada dikisaran 267Juta. Jika dilihat dari total luas wilayah pun Indonesia masih menduduki 10 besar dunia. Namun masalah sumber daya manusia masih menjadi suatu permasalahan yang kompleks di Indonesia. Segala sumber daya alam yang kaya di Indonesia mulai dari tambang, hutan, minyak, dan lain-lain akhirnya hanya menjadi hiasan tersendiri di Indonesia akibat kualitas sumber daya manusia yang dinilai kurang. Akhirnya mayoritas sumber daya manusia Indonesia selalu terkucilkan atau dikerdilkan oleh masyarakat internasional. Masih ada sekitar 3,29 Juta penduduk Indonesia yang buta huruf. Selain itu, menurut data UNESCO pada 2016, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Minat baca Indonesia berada di peringkat 60, hanya satu tingkat diatas Botswana, salah satu negara di Afrika yang berada di peringkat 61. Banyak survei-survei lain mengenai kualitas sdm manusia pun selalu menempatkan Indonesia di peringkat yang rendah, bahkan kalah oleh negara tetangga di ASEAN seperti Singapura dan Malaysia.

Dalam penanganan covid, masyarakat Indonesia yang memiliki mindset serba instan, menangkap cara penanggulangan covid secara mentah-mentah. Hal ini menurut saya disebabkan minat baca yang rendah di Indonesia serta ketidakmauan mencari pelbagai hal mengenai covid. Meskipun covid ini pun merupakan virus jenis baru, namun mencari pengetahuan bagaimana covid ini menyebar serta sebab-sebab pemerintah mengambil kebijakan sedemikian rupa sangatlah penting agar masyarakat melek akan fenomena atau paham dengan situasi yang terjadi sehingga masyarakat mampu mengambil langkah untuk membantu mencegah penyebaran virus ini. Sebagai contoh, pewajiban penggunaan masker oleh masyarakat, salah satu alasan pewajiban ini adalah ketidaksanggupan pemerintah untuk mendata siapa-siapa saja yang positif mengidap covid, sehingga semua dianggap punya potensi untuk menularkan covid melalui droplet yang keluar dari mulut dan hidungnya yang akhirnya masker adalah penampung agar droplet tersebut tidak tersebar. Namun hal ini dilapangan dianggap lain, pengenaan masker oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai bentuk pencegahan agar diri mereka tidak terkena, sebab sebagian ini berpendapat bahwa covid ini menular melalui udara atau airborne. Dan pada akhirnya semua upaya pemerintah tidak memiliki efek signifikan pada penurunan kurva covid di Indonesia.

Coronavirus ini bisa menjadi suatu refleksi untuk pemerintah Indonesia jika memang pemerintahan Indonesia memang diciptakan sebagai pengayom masyarakat untuk mencapai cita-cita kemerdekaan sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Mencerdaskan kehidupan bangsa harus menjadi suatu prioritas di Indonesia. Indonesia dan seluruh penduduknya tidak boleh mengkerdilkan diri maupun dikerdilkan oleh masyarakat Internasional. Sistem pendidikan Indonesia harus dan memang mau tidak mau harus mengalami evolusi. Sudah terlalu lama pendidikan kita berjalan di tempat. Harus ada upaya agar arus modernisasi dan globalisasi dapat dihadapi dengan dewasa oleh bangsa Indonesia. Pendidikan Multikultural di Indonesia bisa menjadi salah satu jalan keluar bagi “kemacetan” sistem pendidikan Indonesia yang menyebabkan mandeknya perkembangan ilmu pengetahuan Indonesia.

Mengutip Bhikhu Parekh (2000:227—229), Dalam dunia pendidikan perlu  minimal ada dua hal terpenuhi. Yang pertama, Tidak ada satupun kurikulum yang bisa mencakup semua ilmu di dunia. Maka dari itu tujuan pendidikan seharusnya mengasah daya nalar. Idealnya setiap siswa dibuat familiar dengan pelajaran melalui pertanyaan mendasar atau asbabun. Di Indonesia, pendidikan masih bersifat dogmatis absolutisme. Siswa harus mempelajari harus mempelajari semuanya tanpa mengetahui sebab apa pelajaran tersebut ada maupun alasan untuk apa mempelajari pelajaran tersebut. Dan akhirnya siswa dipaksa untuk mempelajari semuanya dengan sistem kebenaran absolutisme pada guru atau sistem pendidikan yang memaksa adanya kebenaran absolutisme tersebut. Pada akhirnya muncul kejenuhan pada perkembangan nalar dan keilmuan siswa. Output dari pendidikan semacam ini hanya menghasilkan manusia Indonesia sebagai pekerja yang manut terhadap kebijakan atasan. Sehingga Mobilitas sosial vertikal kecil kemungkinan di Indonesia. Untuk itu saatnya kita beralih ke Pendidikan yang memajukan nalar dan kebudayaan. Kurikulum Kebhinekaan Tunggal Ika Tanhanna Dharma Mangrva, bisa menjadi sebutannya, Kita semua beragam namun menjadi suatu kesatuan, dimana kebenaran tidak mendua karena kebenaran sejati hanya milik Ketuhanan yang Esa. Dogmatis absolutisme diubah sedemikian rupa menjadi relativisme nalar. Sebagai contoh, Pertanyaan ujian bukan lagi berapa 2+2 melainkan apa saja yang bisa menghasilkan 4, dengan ini akan muncul pelbagai pemikiran siswa yang beragam dan berkembang karena untuk menghasilkan 4 akan muncul jumlah yang tak terbatas sebagaimana daya nalar manusia yang diberikan Tuhan sejatinya tidak terbatas.

Yang kedua, penyampaian oleh guru kepada siswa. Dengan guru mengajar akan menghasilkan persepsi yang berbeda kepada setiap murid. Masalah di Indonesia adalah kompetensi guru yang belum memahami betul A-Z apa yang diajarkannya sehinggan siswa dapat dipastikan lebih tidak memahami, sebagaimana peribahasa, guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Oleh karena itu pengembangan kompetensi guru sudah wajib menjadi prioritas pula. Guru harus memahami apa yang diajarkan mulai dari asbab sampai implementasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu perlu juga memahami psikologi pengajaran agar setiap siswa paham dan tertarik untuk mempelajari lebih jauh terhadap suatu pelajaran. Saya memiliki harapan bahwa dengan perubahan sistem pendidikan bisa membawa suatu bentuk perubahan dimana Peradaban Indonesia bisa menjadi mercusuar bagi hiruk-pikuk peradaban manusia dunia yang semakin kompleks permasalahannya.


Referensi:

Solagracia, Maylisda F.E. 2019. Benarkah Tingkat Pendidikan di RI Masih Rendah? Ini Faktanya. Jakarta: Okezone News melalui https://news.okezone.com/read/2019/12/08/65/2139374/benarkah-tingkat-pendidikan-di-ri-masih-rendah-ini-faktanya (diakses 27 Mei 2020)
Admin. 2019. Jumlah Penduduk Buta Aksara Turun Menjadi 3,29 Juta. Jakarta:Kemendikbud RI Melalui https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/08/jumlah-penduduk-buta-aksara-turun-menjadi-329-juta (diakses 27 Mei 2020)
Anggraeni, Rina. 2019. Tingkat Baca Indonesia Masih Rendah, Sri Mulyani Gencarkan Literasi. Jakarta:Sindo News Melalui https://ekbis.sindonews.com/berita/1444945/33/tingkat-baca-indonesia-masih-rendah-sri-mulyani-gencarkan-literasi (diakses 27 Mei 2020)
Parekh, Bhikhu. 2000. Rethingking Multiculturalism: Cultural Diversity and Political Theory. London:Macmillan Press LTD.